Translate

Tajaan

Sabtu, 3 Oktober 2009

Ketika sedang mencari informasi wisata Pameran Wisata Indonesia atau ITTF “Indonesian Tourism and Travel Fair 2008” di waktu yang lalu, beberapa penjaga stand menawarkan paket wisata, travel agent, resort dan perhotelan.Informasi dipameran terasa masih umum, sekedar menampilkan objek wisata yang biasa-biasa saja.Justru yang menarik ketika penulis melihat stand Sumatera Barat atau “West Sumatra” di mana petugas sibuk menjelaskan apa dan bagaimana “indahnya alam pegunungan SUMBAR” kepada seorang ibu yang berminat mengunjungi Sumatera Barat.Seberapa indah panorama Sumatera Barat? Apakah benar Tanah Minangkabau disebut rancak bana? Usai mengunjungi pameran ITTF tersebut, timbul keinginan penulis menampilkan album foto ketika mengikuti adventure touring ke Sumatera Barat: Mei tahun 2007.


Setelah membuka folder ternyata banyak foto yang belum dimuat dan masih bisa dinikmati. Khusus di artikel ini akan dijelaskan beberapa rute yang pernah dilewati dan nama lokasi atau sudut gambar yang ada.



MEMILIH RUTE/JALUR KE SUMATERA BARAT
Jalur lintas menuju Provinsi Sumatera Barat sebenarnya dapat dilewati dari beberapa arah. Pertama, wisatawan bisa datang dari arah pantai barat Sumatera (dari arah Bengkulu). Boleh dibilang jalur ini masih jarang diiewati oleh wisatawan domestik. Melewati jalur ini sangat jauh karena harus menjumpai kota Tapan, satu-satunya dapat ditempuh hanya melalui Bengkulu (lihat peta)

Kedua, melewati jalur lintas tengah Sumatera. Ini adalah jalur yang paling umum dan diminati oleh pemudik yang datang dari pulau Jawa. Kota Muarabungo Provinsi Jambi adalah kota penentuan pemudik yang mau pulang kampung, apakah mau ke arah Kiliranjao dan terus ke Solok, atau memilih lewat Lubuk Gadang.

Ketiga, datang dari arah Provisinsi Riau, Pakanbaru, Bankinang dan seterusnya melewati Kelok 9, sampai ke Payakumkubuh. Bisa juga datang dari Talaktuan, Riau kemudian masuk Sumatera Barat ke kota Kiliranjao dan seterusnya ke Solok.

Keempat, datang dari Sumatera Utara melalui Padang Sidempuan/Panyabungan dan terus masuk Sumatera Barat menjumpai kota Lubuk Sikaping.

Kelima, melewati jalur udara dan langsung mendarat di Bandara International Minangkabau Airport. Atau bisa juga melalui jalur kapal laut merapat di Teluk Bayur.

JALUR TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT-SUNGAI PENUH

Ketika penulis berwisata touring bersama “HTML Touring Goes To Southern Sumatera”pilihannya jatuh pada jalur pertama, yaitu datang dari arah Bengkulu (pantai barat), dan menjumpai Kota Tapan sebagai kota yang pertama di Tanah Minangkabau (lihat peta diatas dengan garis merah tebal).

Tapan, dikenal sebagai kota kerajinan tangan dan penghasil cincin batu akik. Disini wisatawan akan menjumpai bundaran dengan patung. Jika belok ke kiri, maka jalur ini menuju Painan kemudian nantinya tembus sampai ke Ibukota Provinsi Sumatera Barat, Padang. Jalur ini disebut dengan Jalur Lintas Pantai Barat Sumatera.

Namun, jika ingin melewati jalur tengah Sumatera Barat serta ingin menikmati alam pegunungan “Bukit Barisan Sumatera Barat” atau dikenal dengan “The Minang Higland”, maka jalur yang paling tepat dipilih adalah lewat “Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)” dan terus ke Sungai Penuh milik Provinsi Jambi.

Memilih jalur ini, wisatawan bakal masuk ke kawasan hutan lindung TNKS. Sebelumnya, wisatawan akan menemui tugu perbatasan “Selamat Jalan Provinsi Sumatera Barat dan Selamat Datang Provinsi Jambi” padahal tujuan utama penulis ketika itu adalah ke Sumatera Barat.

Uniknya lewat jalur ini, wisatawan harus mampir dulu ke Provinsi Jambi melihat lebih dekat kawasan TNKS, Sungai Penuh dan Gunung Kerinci. Jarak Tapan sampai kota Sungai Penuh sekitar 64 Km, tapi yang pasti ketika lewat kawasan TNKS harus dengan perjuangan (baca artikel ‘Melintas TNKS‘).

Ada harga yang haru dibayar bahkan tak ternilai, itulah prinsip ‘adventure’ sejati. Ketika melewati TNKS bisa jadi tidak nyaman karena kondisi jalan rusak, banyak longsor, pohon tumbang, jalan hutan dan hambatan lainnya. Syukur binatang buas ‘datuk’ atau Harimau Sumatera ketika itu sedang tidur dan tidak menampakan dirinya.

Luar biasa! Itulah komentar setelah menikmati keindahan alam TNKS, pemandangan kota Sungai Penuh dari puncak TNKS, alam pegunungan Bukit Barisan, sungai-sungai yang alami, air terjun yang tak terusik, jalur yang sepi dari mobil, bahkan tidak ada satu pun bus yang lewat di TNKS, semuanya memberikan kesan yang luar biasa dan sangat mendalam bagi siapa pun yang pernah melewati jalur penuh penuh tantangan tersebut.

SUNGAI PENUH, JAMBI

Setelah lewat TNKS, perjalanan dilanjutkan dengan ‘turun gunung’ sampai kota Sungai Penuh yang sejuk. Kota Sungai Penuh, milik Jambi, dikelilingi dengan perbukitan yang indah. Sayang sekali foto tidak bisa direkam karena penulis kehabisan batere.

Kota Sungai Penuh bisa ditembus dari Bangko atau “Jalur Tengah Sumatera.” Biasanya para pencinta alam atau pendaki gunung dari tanah Jawa, yang ingin naik puncak Gunung Kerinci (3800 M), datang dari arah Bangko kemudian masuk Sungai Penuh dan seterusnya ke arah Kersik Tuo Kayu Aro.

Dari Sungai Penuh wisatawan bisa melanjutkan perjalanan menuju Kersik Tuo dan Perkebunan Teh Kayu Aro dengan jarak 40 Km. Ketika akan menuju Kersik Tuo dan Kebun Teh Kayu Aro, wisatawan akan melewati jalan lurus panjang dengan pandangan pesona bukit dan punggung pegunungan Bukit Barisan yang sangat eksotik sampai di batas desa Siulakderas. Setelah itu jalan tikungan, naik-turun bukit masuk ke area perkebunan teh mirip kebun teh di Malabar Jawa Barat.

KERSIK TUO, KAYU ARO JAMBI (Kaki Gunung Kerinci)

Kersik Tuo adalah sebuah desa yang berhawa sejuk dengan panorama langsung ke Gunung Kerinci (3800 M). Gunung Kerinci adalah gunung tertinggi di tanah Sumatera. Pesona alam di Kersik Tuo sangat indah sepanjang hari, baik pagi hingga menjelang malam hari indahnya luar biasa.

Cahaya matahari timur kearah Gunung Kerinci (3800 M) maupun cahaya matahari terbenam, keduanya sangat menakjubkan. Ketika hari masih pagi, langit biru sangat jelas, ditabur dengan gumpalan awan putih yang sangat dekat dan indah untuk diabadikan dengan foto. Belum lagi pesona hamparan kebun teh, perkebunan sayur-mayur dan juga pemandangan Gunung Tujuh (2751 M).

Desa Kersik Tuo sering kali dipakai sebagai ‘home base’ buat persiapan pendakian ke puncak Gunung Kerinci (3800 M). Home stay “Painan” dimana penulis menginap melihat beberapa stiker pencinta alam yang pernah menginap, bahkan ada pencinta alam dari Malaysia pernah menginap disitu juga. Harganya murah, kamar banyak, bersih, dan kamar mandinya pun banyak membuat para tamu yang menginap merasa dirumah sendiri.

Foto-foto khusus ketika penulis berada di Tapan, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Sungai Penuh, Kayu Aro, Kersik Tuo, Gunung Kerinci, dan juga Home Stay Painan dapat dilihat melalui artikel: "Melintas Taman Nasional Kerinci Seblat-Sungai Penuh-Kayu Aro Gunung Kerinci, Provinsi Jambi."

LUBUK GADANG

Meninggalkan Kayu Aro wisatawan menuju kota Lubuk Gadang (Sumatera Barat). Pada jalur ini akan ditemui tugu perbatasan “Selamat Jalan Provinsi Jambi dan Selamat Datang Provinsi Sumatera Barat”.

Wisatawan dapat suguhan pesona alam sekaligus jalan penuh tikungan tajam. Pesona alam Gunung Tujuh (2751 M) yang berada disisi kanan akan terlihat dengan jelas. Mulai dari jalur ini wisatawan sudah mulai menikmati panorama alam wisata ranah minang, atau beraneka tempat/lokasi objek wisata tanah minangkabau khususnya alam dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan.

Begitu banyak tikungan, bahkan sampai ada tikungan ekstrim disebut tikungan “W”. Belokannya memang sangat tajam dan berulang tiga kali seperti huruf ‘W”. Jika bawa mobil ukuran Toyota Kijang agar hati-hati karena tikungan pas untuk satu mobil. Malah mobil harus berhenti dulu, ambil ancang-ancang dulu dijalan tanjakan/turunan yang berat.

Daftar pustaka menyebutkan kawasan huruf “W” ini ada objek wisata bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta Kelinci Sumatera. Namun ketika itu penulis tidak sempat berhenti melihat langsung, karena sedang menikmati alam pegunungan dan tikungan yang menyenangkan bagi pengendara motor. Jalur dan kawasan ini sangat sepi, jumlah mobil pribadi yang melintas nyaris tidak ada.

MUARALABUH, PASIRTALANG, SEIKALU, SURIAN, ALAHAN PANJANG, LUBUK SELASIH

Bukit dan pegunungan itulah hamparan pemandangan yang disuguhkan alam Sumatera Barat. Ini sesuai dengan nama “Bukit Barisan Sumatera”.

Bagaimana tidak, setelah melihat Gunung Kerinci (3800 M), kemudian ada lagi Gunung Tujuh (2715M), Gunung Carmin (2690 M), Gunung Rasam (2565 M), Gunung Talang (2599 M), dan belum lagi Gunung Merapi (2819 M) dan Gunung Singgalang (2877 M). Kedua gunung yang terakhir akan dapat dilihat dari Bukittinggi.

Sudah tentu semua kondisi jalan di wilayah ini adalah tikungan, tanjakan maupun turunan dan bahkan jalan tersebut berada di pinggir perbukitan ditambah lagi dengan jurang-jurang yang curam dan berbahaya.

Justru disinilah sensasi riding motor touring dijalan pegunungan yang berkualitas, bahkan sepi. Semua tikungan dan trek lurus dapat dinikmati. Gas di pol habis. Konvoi hanya tiga motor tetap saling menempel ketat hingga speed rata-rata 80 km/jam. Luar biasa!

DANAU ATAS/DANAU BAWAH ALAHAN PANJANG

Ini lokasi yang menakjubkan bagi wisatawan jika mendapatkan udara cerah. Bersih dan sangat alami! Danau Atas terletak dibawah dan Danau bawah terletak diatas bukit. Ketika penulis melewati lokasi ini beruntung mendapatkan udara yang cerah sehingga langit, awan, danau serta hijaunya pegunungan membuat warna alam begitu serasi.

Rancak bana! (=bagus sekali) itulah kesan yang terungkap berkali-klai ketika melewati jalur indah nan mempesona ini. Dari kejauhan Alahan Panjang, tampak Gunung Rasam (2565 M) dari yang hijau dibalut dengan awan tipis.

LUBUK SELASIH-SOLOK-SINGKARAK-PADANG PANJANG-BUKITINGGI

Melalui jalur ini , wisawatan akan melewati jalan utama. Lebar jalan 10 meter karena ini adalah jalur ekonomi yang menghubungkan kota-kota utama di Sumatera Barat. Jarak dari Lubuk Selasih ke Ibukota Provinsi Padang sudah sangat dekat.

Jangan heran jika hilir-mudik di jalur ini sangat ramai, apalagi di sekitar Solok, sempat ada kemacetan karena begitu banyak truk dan bus AKAP (antar kota antar provinsi) yang lewat. Walaupun lebar jalan sangat besar, namun kepadatan penduduk juga makin bertambah.

Lepas Solok, wisatawan akan menikmati panorama Danau Singkarak. Syukur-syukur ada kereta api yang melintas membuat pemandangan jadi tambah seru. Di sebelah kiri jalan hamparan danau, dan sebelah kanan ada jalur rel KA. Beberapa angkot kadang membuat kaget karena mereka seringkali berhenti mendadak menurunkan/menaikkan penumpang.

Meninggalkan Danau Singkarak, wisatawan memasuki kota Padang Panjang. Tapi sebelum masuk Padang Panjang di sisi jalan terdapat hamparan tanaman padi yang luas, sangat elok dipandang mata, penuh warna hijau-kuning. Lagi-lagi penulis tidak dapat mengambil foto mengingat kecepatan motor sedang top speed. Lagi pula ketika itu cuaca sedang berawan mendung menandakan akan turun hujan lebat.

Benar juga. Sampai di kota Padang Panjang turun hujan dengan lebat. Rupanya Padang Panjang ini mirip dengan Bogor, karena kota ini sering hujan. Untuk beristihat dan sekedar menghangatkan badan, penulis menikmati makanan khas Minang “Sate Padang” di sebuah rumah makan khusus menyajikan sate padang saja.

Jika waktu cukup, sebenarnya wisatawan bisa menuju ke Air Terjun Lembah Anai yang tidak jauh dari Padang Panjang, ambil jalur ke arah Padang. Namun sayang sekalii ketika itu sedang hujan keras, dan penulis urung menuju Air Terjun Lembah Anai sehingga diputuskan langsung jalan ke Bukittinggi walaupun masih hujan keras. Menurut info, hujan di Padang Panjang tidak bisa ditunggu kapan redanya. Wah?

Sementara masih hujan, jalur Padang Panjang ke Bukittinggi lumayan ramai dan dibeberapa titik ada kemacetan. Tapi hanya selang 30 menit dengan sepeda motor, akhirnya penulis tiba di Bukittinggi dengan cuaca cerah. Berbeda dengan Panjang Panjang yang konon hujan tak menentu, namun Bukittinggi tidaklah demikian.

Ada banyak kunjungan wisata di Bukitinggi yang sangat terkenal. Minimal untuk menjangkau semua tempat wisata di dalam Kota Bukittinggi memerlukan waktu dua sampai tiga hari. Memandangi alam sekitar Bukitting tampak dengan jelas Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Ooii.. rancak bana ko, tak ado duonyo..

DANAU MANINJAU & KELOK

Menuju Danau Maninjau sebaiknya ditempuh pada pagi hari. Dari Bukittinggi pukul 08.00 diperkirakan tiba di Danau Maninjau pukul 10.00. Tapi dengan motor cukup 1.5 jam. Jika mendapatkan cuaca yang cerah, dijamin panorama alam Danau Maninjau akan memukau bagi wisatawan. Embun Pagi adalah titik lokasi pemberhentian untuk menikmati pemandangan alam Danau Maninjau. Luar biasa!

Ketika turun ke arah danau, wisatawan dapat marasakan “Kelok-44″ yang sangat terkenal itu. Suguhan pemandangan alam “Kelok 44″ pasti membuat wisatawan jadi takjub, walaupun penulis sudah pernah berkunjung tempat ini beberapa kali tapi tetap saja pesona Danau Maninjau memberikan kepuasan.

Ketika jalan mulai turun di “Kelok 44″, pengemudi harus hati-hati, karena beberapa tikungan sangat tajam menuntut pengemudi ambil ancang-ancang berhenti, ambil jarak, sekaligus pindah gigi 1. Apalagi jika arah pulang dengan rute menanjak akan jauh lebih berbahaya.

Ketika itu penulis menyaksikan sebuah motor terjatuh di salah sudut tikungan karena pindah gigi meleset ke kondisi “normal”. Motor langsung turun dan hilang keseimbangan sehingga terjatuh. Beruntung motor tersebut tidak sampai masuk jurang.

Di kota Maninjau terdapat beberapa hotel. Jika wisatawan ingin menikmati jalur darat di pinggiran Danau Maninjau, lansung ke arah kanan tujuan Lubuk Basung. Berdasarkan peta seharusnya jalur ini bisa tembus ke Pariaman dan Padang. Hanya saja ketika itu penulis bersama rekan memutuskan kembali atau balik lagi ke Bukittinggi meneruskan perjalanan ke Pakanbaru Riau.


http://induak.blogspot.com/

Tiada ulasan:

Catat Ulasan