Menjaga Spirit Silaturahmi --- Dalam kitab Tafsir Ibnu
Katsir, Ibnu Jazir meriwayatkan sebuah pernyataan dari Rasulullah
Sallallahu ;alaihi Wasllam. "Nanti padaa hari kiamat di antara
hamba-hamba Allah Subhanahu Wata'ala ada sekelompok orang yang
mendapatkan tempat istimewa di syurga. Mereka itu bukan para nabi, juga
bukan para syuhada. Bahkan para nabi dan para syuhada tertarik dengan
kedudukan mereka di sisi Allah SWT pada hari kiamat," ungkapan Nabi.
Mendengar ungkapan tersebut, para sahabat serentak bertanya
kepada Rasulullah dengan penuh penasaran. "Ya Rasulullah, manusia
seperti apakah yang akan mendapatkan tempat istimewa di syurga
tersebut?"
Menanggapi pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW tidak menjelaskan
secara terperinci siapa sebenarnya mereka. Beliau tidak pula menyebut nama
orang itu dan dari mana kelompok orang yang dimaksudkannya. Nabi hanya
menyebutkan sifat orang tersebut, yakni ketika hidup mereka saling
mencintai dan saling menyayangi dengan niat / dasar karena mencari
keredaan Allah SWT semata. Bukan karena harta atau pun keturunan.
Silaturahmi dan Kasih Sayang
Salah satu ajaran yang mulia di dalam Islam adalah
membudayakan silaturahmi antara saudara, sahabat, karib kerabat dan
sesama muslim. Upaya menjalin tali silaturahmi tersebut, merupakan bukti
sebuah keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Dengan bersilaturahmi
pula melahirkan kasih sayang antara sesama, dan terjauhkan dari dendam
dan permusuhan.
Sabda Nabi SAW dalam salah satu hadisnya, "Barangsiapa beriman
kepada Allah SWT dan hari kiamat henkdaklah ia memuliakan tamunya.
Barangsiapa beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat hendaklah ia
menghubungkan tali silaturahmi dan barangsiapa beriman kepada Allah SWT
dan hari kiamat hendaklah ia berkata baik dan diam." (HR. Bukhari dan
Muslim).
Banyak orang yang BERAT dalam melangkahkan kaki untuk
bersilaturahmi. Namun, tidak sedikit pula orang yang diajak untuk
mengeratkan silaturahmi sudi menerima dengan lapang dada.
Dari Abu Hurairah bahwa ada seseorang laki-laki berkata, "Ya Rasulullah,
sesungguhnya aku memiliki kerabat. Aku selalu menghubungkan silaturahmi
terhadap mereka, namun mereka memutukannya. Aku senantiasa berbuat baik
kepada mereka, namun mereka berbuat jahat kepadaku. Aku selalu
mengenang mereka, namun mereka melupankanku."
Rasulullah bersabda, "Jika demikian keadaanmu maka engkau begaikan
membakar mereka dengan abu api yang panas dan engkau akan senantiasa
berada bersama pertolongan Allah atas mereka, selama engkau tetap
menjaga hubungan tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan Silaturahmi
Dalam hadis lain dikisahkan, "Maukah kalian aku tunjukan
amal yang lebih besar pahalanya daripada solat dan puasa?" Tanya
Rasulullah SAW kepada para sahabat. "Tentu saja," jawab para sahabat.
Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar,
menghubungkan persaudaraan yang putus, mempertemukan kembali
saudara-saudara yang terpisah, menjembatani kelompok dalam Islam, dan
mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal shaleh yang
besar pahalanya."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas tidak hanya sebagai ukuran besar dan kecilnya
pahala yang akan didapat seorang muslim, namun lebih dari itu.
Silaturahmi sebagai bentuk kekuatan hubungan antara manusia satu dan
lainnya sebagai makhluk sosial diantara hamba-Nya. Semakin erat hubungan
tali silaturahmi, semakin erat pula hubungan emosional dan kekeluargaan
di antara mereka.
Ibnu Umar mengatakan, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah dan
menyambung silaturahim maka akan ditambah umurnya dan diperbanyak
hartanya, serta disayangi sanak familinya." Hais senada juga mengatakan,
"Barangsiapa ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya,
hendaklah ia menyambungkan tali silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam menjelaskan hadis di atas, Abu Laits As Samarqandi
menjelaskan makna bertambahnya umur tersebut. Menurutnya, erti dari
bertambahnya umur itu ada dua macam,
Pertama, sebagian ulama berpendapat bertambahnya umur itu bererti
bertambahnya kebaikan yang didapat oleh seseorang. Umurnya sendiri
tetap seperti sudah disebutkan di Lauhul Mahfudzh. Jika telah tiba ajal
maka tidak akan dapat diundurkan dan dimajukan.
Bertambahnya kebaikan yang ia maksud di sini yakni tercatat terus-menerus
pahala sesudah meninggalnya seorang hamba. Tercatatnya pahala setelah
mati itu sama dengan bertambahnya umur seseorang.
Kedua, catatan umurnya dalam takdir memang berubah. Sebagaiman
riwayat Rasulullah bersabda, "Tidak dapat menolak takdir kecuali doa
dan tidak dapat menambah umur kecuali dengan amal kebaikan. Dan ada
kalanya seseorang itu tidak mendapat rezeki karena berbuat dosa."
Abu Laits sendiri meriwayatkan dari AdMuzahim ketika menafsirkan
umur manusia, bahwasanya seseorang itu adakalanya menyambung silaturahmi
kepada saudaranya padahal umurnya tinggal 30 hari. Tiba-tiba Allah
menambah umurnya menjadi 30 tahun. Dan adakalanya ia memutuskan tali
silaturahim, sedang umurnya masih 30 tahun maka dipotong menjadi 3 hari.
Manusia hanya mampu berusaha memberikan yang terbaik untuk
dirinya. Silaturahim merupakan amal yang sangat dianjurkan oleh Allah.
Tidak mungkin Allah tidak akan memberikan kebaikan-Nya jika seorang
muslim melakukan apa yang diperintahkan oleh-Nya. Amalan silaturahim
selain dapat memberikan keharmonisan dan relasi yang kuat di antara
manusia, juga memiliki nilai kebaikan dari Allah untuknya.
Jika seseorang sudah memilik hubungan baik dengan orang lain,
maka upaya saling membantu dalam mengatasi permasalahan hidup pun
terjadi di antara mereka. Juga saling menjaga, menasihati, dan
mengingatkan saat kekeliuran dan kekhilafan dilakukan. Itulah energi
positif bernama silaturahmi.
Penulis: Muhsin
Editor : Jidi
Tiada ulasan:
Catat Ulasan