Translate

Tajaan

Jumaat, 5 Julai 2013

Menjaga Spirit Silaturahmi

       Menjaga Spirit Silaturahmi --- Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jazir meriwayatkan sebuah pernyataan dari Rasulullah Sallallahu ;alaihi Wasllam. "Nanti padaa hari kiamat di antara hamba-hamba Allah Subhanahu Wata'ala ada sekelompok orang yang mendapatkan tempat istimewa di syurga. Mereka itu bukan para nabi, juga bukan para syuhada. Bahkan para nabi dan para syuhada tertarik dengan kedudukan mereka di sisi Allah SWT pada hari kiamat," ungkapan Nabi.
       Mendengar ungkapan tersebut, para sahabat serentak bertanya kepada Rasulullah dengan penuh penasaran. "Ya Rasulullah, manusia seperti apakah yang akan mendapatkan tempat istimewa di syurga tersebut?"
       Menanggapi pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW tidak menjelaskan secara terperinci siapa sebenarnya mereka. Beliau tidak pula menyebut nama orang itu dan dari mana kelompok orang yang dimaksudkannya. Nabi hanya menyebutkan sifat orang tersebut, yakni ketika hidup mereka saling mencintai dan saling menyayangi dengan niat / dasar karena mencari keredaan Allah SWT semata. Bukan karena harta atau pun keturunan. 
Silaturahmi dan Kasih Sayang
       Salah satu ajaran yang mulia di dalam Islam adalah membudayakan silaturahmi antara saudara, sahabat, karib kerabat dan sesama muslim. Upaya menjalin tali silaturahmi tersebut, merupakan bukti sebuah keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Dengan bersilaturahmi pula melahirkan kasih sayang antara sesama, dan terjauhkan dari dendam dan permusuhan.
       Sabda Nabi SAW dalam salah satu hadisnya, "Barangsiapa beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat henkdaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat hendaklah ia  menghubungkan tali silaturahmi dan barangsiapa beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat hendaklah ia berkata baik dan diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

       Banyak orang yang BERAT dalam melangkahkan kaki untuk bersilaturahmi. Namun, tidak sedikit pula orang yang diajak untuk mengeratkan silaturahmi sudi menerima dengan lapang dada. 
Dari Abu Hurairah bahwa ada seseorang laki-laki berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat. Aku selalu menghubungkan silaturahmi terhadap mereka, namun mereka memutukannya. Aku senantiasa berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat jahat kepadaku. Aku selalu mengenang mereka, namun mereka melupankanku."

Rasulullah bersabda, "Jika demikian keadaanmu maka engkau begaikan membakar mereka dengan abu api yang panas dan engkau akan senantiasa berada bersama pertolongan Allah atas mereka, selama engkau tetap menjaga hubungan tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan Silaturahmi
       Dalam hadis lain dikisahkan, "Maukah kalian aku tunjukan amal yang lebih besar pahalanya daripada solat dan puasa?" Tanya Rasulullah SAW kepada para sahabat. "Tentu saja," jawab para sahabat.
       Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menghubungkan persaudaraan yang putus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal shaleh yang besar pahalanya."
(HR. Bukhari dan Muslim).
       Hadis di atas tidak hanya sebagai ukuran besar dan kecilnya pahala yang akan didapat seorang muslim, namun lebih dari itu. Silaturahmi sebagai bentuk kekuatan hubungan antara manusia satu dan lainnya sebagai makhluk sosial diantara hamba-Nya. Semakin erat hubungan tali silaturahmi, semakin erat pula hubungan emosional dan kekeluargaan di antara mereka. 
       Ibnu Umar mengatakan, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahim maka akan ditambah umurnya dan diperbanyak hartanya, serta disayangi sanak familinya." Hais senada juga mengatakan, "Barangsiapa ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim).
        Dalam menjelaskan hadis di atas, Abu Laits As Samarqandi menjelaskan makna bertambahnya umur tersebut. Menurutnya, erti dari bertambahnya umur itu ada dua macam,
Pertama, sebagian ulama berpendapat bertambahnya umur itu bererti bertambahnya kebaikan yang didapat oleh seseorang. Umurnya sendiri tetap seperti sudah disebutkan di Lauhul Mahfudzh. Jika telah tiba ajal maka tidak akan dapat diundurkan dan dimajukan.
Bertambahnya kebaikan yang ia maksud di sini yakni tercatat terus-menerus pahala sesudah meninggalnya seorang hamba. Tercatatnya pahala setelah mati itu sama dengan bertambahnya umur seseorang.
Kedua, catatan umurnya dalam takdir memang berubah. Sebagaiman riwayat Rasulullah bersabda, "Tidak dapat menolak takdir kecuali doa dan tidak dapat menambah umur kecuali dengan amal kebaikan. Dan ada kalanya seseorang itu tidak mendapat rezeki karena berbuat dosa."
       Abu Laits sendiri meriwayatkan dari AdMuzahim ketika menafsirkan umur manusia, bahwasanya seseorang itu adakalanya menyambung silaturahmi kepada saudaranya padahal umurnya tinggal 30 hari. Tiba-tiba Allah menambah umurnya menjadi 30 tahun. Dan adakalanya ia memutuskan tali silaturahim, sedang umurnya masih 30 tahun maka dipotong menjadi 3 hari.
       Manusia hanya mampu berusaha memberikan yang terbaik untuk dirinya. Silaturahim merupakan amal yang sangat dianjurkan oleh Allah. Tidak mungkin Allah tidak akan memberikan kebaikan-Nya jika seorang muslim melakukan apa yang diperintahkan oleh-Nya. Amalan silaturahim selain dapat memberikan keharmonisan dan relasi yang kuat di antara manusia, juga memiliki nilai kebaikan dari Allah untuknya.
       Jika seseorang sudah memilik hubungan baik dengan orang lain, maka upaya saling membantu dalam mengatasi permasalahan hidup pun terjadi di antara mereka. Juga saling menjaga, menasihati, dan mengingatkan saat kekeliuran dan kekhilafan dilakukan. Itulah energi positif bernama silaturahmi.
 

Penulis: Muhsin
Editor : Jidi

Tiada ulasan:

Catat Ulasan