Translate

Tajaan

Jumaat, 22 Januari 2010

Merawat Harimau yang Tersisa


Tambling Wildlife Nature Conservation

SP/Gusti Lesek

Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Lampung Selatan merupakan lokasi konservasi untuk melepasliarkan harimau sumatra yang terancam punah.

arimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) tak lama lagi tinggal nama. Binatang predator langka ini akan menghilang, menyusul harimau bali dan harimau jawa. Padahal, Indonesia selama ini dikenal sebagai salah satu negara pemilik spesies harimau dari 13 negara di dunia.

Ada tiga jenis subspesies harimau yang terkenal di Indonesia, yakni harimau sumatera, harimau bali, dan harimau jawa. Sayangnya, harimau bali sudah menghilang dari habitatnya sejak tahun 1935, dan harimau jawa punah sekitar tahun 1970-an.

Tinggal harimau sumatra, yang merupakan salah satu dari enam subspesies harimau yang masih hidup di dunia, yakni harimau china (Panthera tigris corbetti), harimau benggala (Panthera tigris tigris), harimau china selatan (Panthera tigris amoyensis), harimau siberia (Panthera tigris altaica), dan harimau malaya (Panthera tigris jacksoni).

"Keberadaan semua keluarga harimau tersebut sudah terancam punah," kata Peggy Melati Sukma, juru bicara Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) kepada pers di kawasan TWNC di Tambling, Lampung Selatan, Kamis (21/1).

Peggy mengatakan, populasi harimau sumatra yang dikenal sebagai perenang tercepat dibanding jenis lainnya ini, tersisa sekitar 450-700 ekor saja. Binatang liar ini tersebar hampir di seluruh area hutan di Pulau Sumatera.

Beberapa penyebab berkurangnya jumlah harimau sumatra ini, kata Kepala Balai Besar Bukit Barisan Selatan Ir Kurnia Rauf, selain karena perburuan liar untuk kepentingan komersial, juga karena habitatnya dirambah oleh manusia, termasuk pembalakan liar dan alih fungsi hutan menjadi area bukan hutan. Binatang ini juga terancam punah, karena perburuan untuk mengambil kulit dan berbagai organ tubuh yang laku dijual.

Indonesia, sebagai salah satu negara asal spesies harimau, telah berusaha melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan subspesies yang masih tersisa. Kementerian Kehutanan telah menerapkan aturan perlindungan terhadap harimau sumatra.

Kolaborasi

Peggy mengatakan, TWNC telah melakukan hal ini, melepaskan beberapa harimau ke habitatnya di Tambling. Area TWNC yang luasnya mencapai 45.000 hektare (ha), merupakan suatu kawasan di ujung semenanjung yang terletak di antara Teluk Tampang di bagian barat hingga ke Tanjung Belimbing di bagian timur, di ujung selatan Pulau Sumatera.

Wilayah ini merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang terletak memanjang dari Provinsi Bengkulu hingga ke Provinsi Lampung.

Taman nasional ini merupakan taman nasional yang terluas ketiga di Sumatera. Pengelolaan kawasan ini merupakan kolaborasi antara PT Adhiniaga Kreasinusa dengan Balai Besar TNBBS.

Kurnia menjelaskan, luas wilayah darat TNBBS sekitar 356.800 ha dan wilayah air sekitar 16.000 ha. Dan pemerintah memberi konsesi kepada TWNC untuk mengelola 45.000 ha kawasan ini selama 35 tahun. Di kawasan TWNC sendiri, kata Kurnia, sudah ada 40 harimau, dan pada Kamis (21/1) akan dilepas lagi dua harimau sumatra, yakni Panti (betina) umur 5-6 tahun dan jantan bernama Buyung (7-8 tahun). Kedua harimau ini berasal dari Aceh Selatan.

Peggy menjelaskan, proses melepasliarkan semua harimau yang ada di TWNC tidak sekadar dilepaskan begitu saja, tetapi harus melewati berbagai rangkaian proses, mulai dari cek kesehatan, kondisi fisik, hingga proses penyesuaian di alam bebas dalam kandang enclosure seluas 2,5 hektare.

Pada 22 Juli 2008 lalu, TWNC dan Artha Graha Peduli, melepasliarkan lagi dua ekor harimau. dari Aceh bernama Pangeran dan Agam. Proses pelepasliarannya sendiri dilakukan langsung oleh mantan Menteri Kehutanan MS Kaban.

Sekilas Tambling

Tambling adalah singkatan nama dari dua kawasan, yakni Tampang dan Belimbing. Secara geografis, Tambling masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat, dan juga termasuk dalam bagian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Untuk mencapai lokasi Tambling, ada beberapa alternative, bisa dari Bandar Lampung (Tarahan) dengan kapal cepat selama delapan jam, atau dengan jalur lain, yakni dari Bandara Lampung-Kota Agung menggunakan bus selama dua jam, dan dilanjutkan dengan kapal laut selama enam jam untuk dapat berlabuh di Dermaga Tambling yang terletak di bahagian barat Tanjung Belimbing. Jika menggunakan helikopter atau pesawat terbang kecil (setara Casa), dari Jakarta memerlukan waktu sekitar satu jam.

Secara topografi, TWNC adalah tanah datar dengan ketinggian mulai dari 0-50 meter di atas permukaan laut. Di TWNC terdapat pula dua buah danau yang cukup besar, yakni Danau Menjukut (700 ha) dan Danau Sei Leman (850 ha). Di TWNC menurut survei terdapat 50 spesies burung dari 11 famili, sedangkan pada hutan pantai dan pesisir dapat ditemukan sebanyak 41 spesies burung. [SP/Gusti Lesek]

1 ulasan: